Senin, 16 April 2018

MENGENANG KEMBALI SEJARAH PASER-PANGLIMA SENTIK

Panglima Sentik Pahlawan Paser

Panglima Sentik adalah seorang bangsawan Pasir yang diberi mandat menjadi pelatih perang tentara Kesultanan Pasir pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Alamsyah saat dia dinobatkan menjadi sultan pada tahun 1890.

Ketika Sultan Muhammad Ali Alamsyah ditangkap Belanda dan diasingkan di Banjarmasin, Panglima Sentik memutuskan membawa pasukan yang dibinanya melakukan perjuangan menyerang kepentingan Belanda dengan taktik perang gerilya yang sangat merepotkan Belanda.
Pengabdian dan perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir sepanjang hidupnya hingga ia menemui ajal, tewas ditembak mati tentara Belanda.

Prestasi perang gerilya Panglima Sentik yang paling menggemparkan dan membuat Belanda menjadi sangat marah yaitu ketika ia beserta pasukannya menghadang kapal Belanda dari Banjarmasin yang membawa Mayor Schilham (Komandan Divisi Kalimantan Tenggara yang berkedudukan di Barabai) beserta pasukannya yang akan masuk ke Muara Pasir di pagi buta. Ikut pula dalam pelayaran itu Kontroler Tanah Grogot, Knappert, yang baru pulang dari Banjarmasin. Semua orang Belanda dalam kapal itu dibunuh, kecuali Mayor Schilham yang diculik dan dibawa lari ke markas persembunyian mereka di Telake. Nasib perwira Belanda itu tidak pernah diketahui dengan pasti, apakah dia dibunuh di Telake, atau dibuang di tengah laut.
Sepak terjang perlawanan Panglima Sentik terhadap Belanda turut dipantau oleh media di negeri Belanda dengan terus menurunkan berita perkembangan peperangan yang berlangsung di Pasir.
Berikut beberapa kliping surat kabar Belanda tentang perlawanan rakyat Paser yang dipimpin Panglima Sentik.Sentik2Sentik1Sentik3
Keterangan foto 1:
Surat kabar Leidsch Dagblad edisi 10 Oktober 1905 melaporkan tentara Belanda dan Pasukan Panglima Sentik terus saling serang & bunuh.
Kutipan berita:
Pemerintah kawasan Kalimantan Tenggara pada tanggal 14 September menerima telegram sebagai berikut:
Berdasarkan pesan melalui telepon kemarin, komandan patroli Kramer pergi ke Tanah Grogot (Pasir) untuk menangkap kepala kampung Telake atas peristiwa tewasnya seorang tentara berkebangsaan Eropa, Sersan Oostrum dengan NRP 40268 dan seorang tentara dari pribumi (keduanya adalah tentara KNIL, admin). Kepala kampung dibunuh beserta lima pengikutnya
Keterangan foto 2:
Surat kabar Belanda, Leidsch Dagblad edisi 23 Januari 1906 memberitakan Pasukan Panglima Sentik mencegat dan membunuh Controleur Knappert (Kontroler Tanah Grogot) dan Mayor Schilham (Komandan Divisi Kalimantan Tenggara yang berkedudukan di Barabai) beserta seluruh pasukan patrolinya.
Intisari berita:
Koresponden di Batavia melaporkan kelompok gerilyawan orang Pasir mencegat pasukan patroli dari Barabai serta kontroler Knappert, seluruhnya tewas. Sedangkan Mayor Schilham yang merupakan komandan divisi Kalimantan Tenggara, dinyatakan hilang.
Pasir adalah kerajaan kecil di kawasan Pantai Timur Kalimantan. Di sebelah Tenggara berbatasan dengan daerah administratif Kutai, sebelah Barat berbatasan dengan daerah administratif Amuntai dan Martapura. Sebelah Selatan dengan Tanah Bumbu dan Timur dengan Selat Makassar.
Kerajaan ini telah diserahkan kepada Belanda oleh Kesultanan Banjar pada tahun 1826.
Orang Pasir merupakan penduduk asli di sana, sementara orang Bugis banyak tinggal di ibu kota (Tanah Grogot, admin) dan di sepanjang sungai sekitarnya. Pasir merupakan bagian dari daerah administratif Pasir dan Tanah Bumbu, tetapi sejak tahun lalu ditingkatkan statusnya menjadi bagian terpisah di bawah pimpinan seorang kontroler.
Gejolak kerusuhan di Paser mulai terjadi pada bulan Juli 1905. Pada bulan itu petugas patroli di daerah Telake (Desa Muara Telake dan Sebakung di Long Kali, admin) melepaskan tembakan yang menewaskan sejumlah anggota kelompok perusuh yang menamakan diri mereka sebagai Pasukan Panglima Sentik. Kelompok ini memperlihatkan sikap bermusuhan kepada pemerintah dan melakukan kerusuhan di Tanah Grogot.
Mayor H.N.A. Swart, komandan sipil dan militer, segera setelah menerima berita itu, pada tanggal 20 Juli 1905 pergi menemui Sultan Pasir yang pengaruhnya telah merosot dan beberapa bekas anggota partai nasional di sana untuk menanyakan informasi dan keterangan posisi markas kelompok perusuh. Namun mereka mengaku tidak tahu dan dalam posisi tidak berdaya. Sultan secara tersamar memperlihatkan sikap bermusuhan dan setelah sebelumnya enggan bekerjasama dalam rencana pembangunan jalan Tanah Grogot – Kuaro
Keterangan foto 3:
Surat kabar Leidsch Dagblad terbitan tanggal 1 April 1908 memberitakan Panglima Sentik tewas dibunuh Belanda.
Kutipan berita:
Berita dikutip dari De Sumatra Post:
Dari Banjarmasin dilaporkan bahwa Panglima Sentik, pemberontak di wilayah Pasir yang telah lama menghilang, pada tanggal 17 Februari dibunuh oleh Letnan Ilgen di hulu Telake, di dekat perbatasan Kutai.
Surat kabar Belanda lainnya, Goessche Courant edisi 25 Januari 1906 juga menurunkan berita tentang tewasnya Kontroler Tanah Grogot, Knappert, di tangan Pasukan Panglima Sentik.
Surat kabar Belanda lainnya, Goessche Courant edisi 25 Januari 1906 juga menurunkan berita tentang tewasnya Kontroler Tanah Grogot, Knappert, di tangan Pasukan Panglima Sentik.
Kontroler Tanah Grogot, M. Klappert (berdiri dua dari kiri)berpoto bersama dengan prajurit di sebuah pos penjagaan di Pasir (1905)
Kontroler Tanah Grogot, M. Knappert (berdiri dua dari kiri)berpoto bersama dengan prajurit di sebuah pos penjagaan di Pasir (1905)



 Sumber Berita Dari MIMBAR PASER


0 komentar:

Posting Komentar